PEMULUNG

                                                     

Apa yang tersirat dibenak kita manakala mendengar kata pemulung?, pasti yang terlintas adalah seseorang yang membawa karung kumal dibahunya serta kepit, mengorek ngorek sampah untuk mencari botol bekas atau kardus kardus bekas yang kemudian dijual kembali ke agen penyalur barang barang bekas.
Itu pengertian dalam arti sebenarnya, tapi sudahlah..saya tidak bermaksud membahas itu..yang tertarik untuk saya bahas justru adalah relevansi dari sebuah profesi pemulung dalam kehidupan sehari hari kita.
Teknik teknik dasar dalam menghadapi sejumlah karakter secara subyektif...
Bicara dalam kehidupan sehari hari, saya pribadi kerap merasa bahwa sebenarnya saya juga tidak ada bedanya dengan para pemulung itu.
Kerap kali saya juga "memulung" inspirasi dari uneg unegnya teman, dari majalah majalah atau koran bekas, dari "sampah hatinya" orang orang yang curhat kepada saya, itu semua saya rangkai menjadi kalimat yang pantas untuk disajikan sebagai menu di media.

Coba kita tilik sekilar ke ranah pribadinya pemulung itu, secara kasat mata apa yang menarik dari keseharian mereka selain terlihat dekil, berjalan kaki dengan karung kumal?, tidak ada...kecuali kita mau masuk dan lebih kenal lagi wilayah pribadi mereka...
tanpa kita sadari mereka adalah orang yang sangat berperan menjaga kebersihan dilingkungan sekitar kita, sampah sampah kardus atau plastik yang terkadang kita buang dengan sederhana..
Jika dibawa kedalam pendidikan karakter, tidak ada bedanya dengan cara kita memanagemen sebuah emosi, rasa marah, benci, kesal dari diri orang lain adalah "sampah di hati mereka" yang mungkin tanpa sengaja mereka buang ke hati kita, ada yang tanpa sengaja...
Sadarkah kita kalau sebenarnya kita seperti tempat sampah yang "menampung sampah" itu di dalam hati kita hingga bertimbun dan penuh sesak, kita lupa membuangnya.
Padahal dendam samasekali bukan sesuatu yang menyenangkan..menyenangkan hanya ketika kita merancangnya dengan ego kita.
Kita merasa menang saat seseorang melemparkan "sampah sakit hatinya " ke kita dan kita balik melemparkan sampah itu ke dirinya.

Jangan pernah sekalipun berfikir untuk melawan kebebalan dengan kebebalan, karena begitu kebebalan kita balas dengan cara yang sama, maka yang terjadi adalah kita sama piciknya dengan orang yang menyebarkan "sampah" itu.
minimal salah satu harus ada yang bersedia "memulung" rasa sakit hati atau perasaan tidak nyaman agar dengan gampang mudah dibersihkan.

Bukankah dalam hidup kita memang harus bersosialisasi, belajar bermurah hati untuk memaafkan, kita tidak akan menjadi KECIL karena itu. Karena bukankah orang  yang berjiwa besar akan memperlihatkan kebesarannya dari caranya memperlakukan orang kecil kata Carlyle.

Ketika kita berhadapan dengan manusia, ingatlah bahwa kita tidak selalu berurusan dengan makhluk yang penuh logika, terkadang kita juga berhadapan dengan orang orang yang penuh ego dan punya rasa bangga yang tinggi.
Pada dasarnya setiap orang mencintai pujian.
Prinsip paling dasar adalah sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk didengarkan dan dihargai.

Terkadang saya terenyuh dan salut ketika memasuki komunitas dunia pemulung itu.
Ada satu sifat nyata yang dalam keseharian kita sehari hari sangat kita butuhkan, namun mereka terlihat tidak membutuhkannya yakni "Kebutuhan dianggap penting".
Mereka hanya berjuang untuk tujuan sederhana, bisa memenuhi kebutuhan perut agar esok hari punya tenaga lebih untuk melanjutkan hidup.
Berbeda dengan dunia kebanyakan....
Apalagi para kaum hedonis yang terkadang sangat lapar akan perasaan penting hingga terkadang sampai melakukan cara cara yang kurang waras untuk mencapai tujuan itu.....


Happy Morning in Medan

Comments

ceritanya sangat menginspirasi kak..
aku juga sering marah sm temen-temen aku yang membuang sampah dengan sembarang tanpa memikirkan efeknya di kemudian hari.....

emang miris sich kak.
gimana negara kita kedepannya yah???
ceritanya sangat menginspirasi kak.
aku sering marah ke temen-temen aku kak kalau mereka membuang sampah sembarang. mereka gak memikirkan efek untuk kedepannya.

sungguh miris kak...
gimana ya negara kita kedepannya???
Justru itu tugas kita dek, kakak memang sangat detil kalau masalah kebersihan, dan buat kakak pemulung itu bukan orang yang pemalas, mereka jauh lebih mau berusaha, jadi karena itu kakak sangat menghormati mereka yang memulung

Popular posts from this blog

DESA SIMARMATA TERCINTA

Namaku Meyrist

YOGYAKARTA