Dan Ayahku pun ternyata "Cemburu"

Ayah, dulu adalah sosok yang paling dekat denganku, bisa dibilang tempat bermanjaku, seluruh perhatian ayahku tersita padaku, sekalipun aku masih mempunyai adik adik yang lain.
Kebanggaannya seringkali berlebihan dulu, mungkin karena dirumah aku lumayan berprestasi dibanding yang lain.
tapi itu tidak bertahan lama, hanya sampai aku kelas 3 SMP, pada saat kelulusan SMP mau masuk SMU..nilaiku tidak mencukupi untuk masuk SMA Negeri, dasar masih labil, dengan enaknya aku meminta ayahku "menyogok", bagi aku waktu itu masuk swasta adalah sesuatu hal yang sangat memalukan, aku tidak tahu waktu itu ada banyak sekolah swasta yang bagus, dulu aku suka melihat di koran koran iklan iklan pekerjaan dan berfikir dalam hati "Pasti yang kerja disini semua lulusan dari negeri....", benar benar dibayanganku swasta itu "buangan", dan ternyata kemudian aku menyadari aku salah kaprah..samasekali salah.
tapi ayahku menolak, beliau dengan tegas mengatakan kepada mamaku, biar swasta yang penting masuknya jujur, tidak pakai menyogok....
pikirku waktu itu bapak sok idealis, sok jujur...aku memendam rasa marah sampai bertahun tahun...
dan rasa marah itulah yang membawaku makin kejurang kehancuran...apalagi aku ingat waktu aku masih kelas 2 SMP, aku dapat nilai 4 dari seorang guru Fisika, sementara aku yakin hasilnya lebih bagus dari itu..ayahku bertahan, "Itu memang hasilmu nang..", dan saking sakit hatinya aku pada guru Fisika waktu itu, waktu beliau main kerumah, aku buat kopi dengan garam yang banyak, Pak gurunya sakit hati, tapi tidak berani cerita ke bapak, hanya pernah berkata padaku bahwa dia tahu aku sengaja...
Aku benci dengan idealisme bapak waktu itu, hubungan kami merenggang, dan nilai nilaiku SMU pun anjlok, aku tak semangat belajar, karena merasa tidak dihormati...
Itu hanyalah Flasback...........
Sekarang aku baru menyadari dan berterimakasih untuk idealismenya bapak, pada saat menuliskan bagian inipun aku sampai meneteskan airmata, betapa tidak...betapa aku sudah jahat bertahun tahun
membenci orang yang memegang teguh prinsip hidupnya hanya untuk bisa mengajariku bagaimana menjadi orang yang tetap bisa bertahan dengan KEBENARAN.
Yah..benar benar bertahun tahun, setiap kali bapak menyapaku, aku menanggapinya dengan dingin, aku merasa dicampakkan karena tidak didukung masuk dalam sekolah negeri...
waktulah yang kemudian mengajariku betapa harusnya aku bersyukur memiliki ayah yang luar biasa, waktu aku pulang ke Samosir bulan april kemarin...
Aku melihat bapak memeluk baju batik pemberianku, mungkin dia merasa "ternyata putriku pun sayang padaku", aku kilas balik, betapa hanya itu sebenarnya "kesalahan" ayahku kalaupun itu dibilang kesalahan, selebihnya, aku ingat sekali, aku hanya cerita ke mama "Ma, aku sakit..", tanpa pertanyaan apa apa, ayahku langsung meluncur ke atm, dan mamaku bilang "Inang, cepatlah sembuh, bapak tadi sudah kirim uang..", "Tapi kan aku nggak minta ma?", jawab mama "Kayak ngga tau aja gimana bapak, kalau dia tahu kalian susah mana mau bapak tinggal diam, ngutangpun jadi..", disitu airmataku mengalir deras, ingin rasanya memeluknya dan meminta maaf "Pak, kok masih baik sih, padahal dulu aku selalu jahat, selalu bikin ulah", aku juga teringat waktu adikku cerita ",Kak untung kita nggak pernah manfaatin bapak yah, soalnya kalau mau seperti mahasiswa lain aku bisa saja, orang bapak kalau diminta duit 50 rb pasti nggak mau, tapi kalau kita sudah minta dalam jumlah yang besar bapak langsung transfer..karena pasti bapak berfikir itu uang yang sangat penting..", Sama seperti orangtua yang lain, ayahku juga pasti punya kelemahannya sendiri, tapi satu yang berhasil diterapkannya untuk adik adikku adalah beliau tidak pernah merokok dan minum, alhasil tiga orang adikku laki laki tidak ada yang menyentuh rokokpun hingga saat ini...
Ayah orang yang tidak pernah mengekspresikan perasaannya, makanya waktu mama bilang "Meyrist tidak pernah menanyakan khabarku yah?", aku merasa seperti ada sesuatu yang memukulku pelahan, setiap hari aku berkomunikasi dengan mama memang aku selalu menanyakan khabar ayahku, tetapi aku tidak pernah meminta mama untuk memberikan telpon pada bapak, karena aku pikir toh itu tidak masalah dengan bapak..bapak tidak terlalu merindukan aku, waktu aku menelepon dan bilang rindu, aku mendengar suara bapak menangis dan berkata "sudah lama bapak tidak menderngar kata rindu..rasanya baru kemarin bapak menggendongmu dan membelikanmu baju baju, mengajakmu jalan jalan ke Ambarita, ke Tomok..",airmataku pun tidak bisa kutahan lagi...Aku juga merindukanku pak, aku sangat merindukanmu...

Comments

Popular posts from this blog

DESA SIMARMATA TERCINTA

Namaku Meyrist

YOGYAKARTA